PLUZ.ID, MAKASSAR – Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Bosowa 45 (IKAUBOS 45) menolak segala bentuk wacana terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, kondisi masyarakat yang babak belur akibat pandemi Covid-12 selama dua tahun terakhir masih belum pulih sepenuhnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjend) IKAUBOS 45, Jufriadi, dalam keterangannya, Jumat (2/9/2022), menyoroti agar pemerintah jangan lagi menambah beban penderitaan masyarakat. Hal itu, karena kenaikan harga BBM akan berdampak luas.
“Jangan pemerintah ini justru berpartisipasi dalam menambah penderitaan masyarakat dengan menaikan harga BBM bersubsidi,” jelasnya.
Jufriadi menambahkan, kebijakan pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi terkesan sebagai asal-asalan. Padahal, masih cukup banyak strategi alternatif yang bisa dilakukan pemerintah, sehingga tak perlu menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Kenaikan harga BBM akan memicu peningkatan inflasi dan berujung pada terpukulnya daya beli masyarakat terutama rakyat kecil, seperti buruh, petani, dan nelayan. Kasian mereka rakyat kecil yang akan merasakan dampak dengan kenaikkan harga BBM bersubsidi,” katanya.
Jufriadi menggambarkan, bila dengan uang Rp1.000 dapat membeli tiga jenis makanan, dengan kenaikan tersebut akan menekan daya beli, sehingga rakyat kecil hanya mampu membeli satu jenis makanan dengan jumlah uang tersebut.
“Meskipun pemerintah akan memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) sebesar Rp600.000 bagi masyarakat itu tidak akan menjamin masyarakat untuk bisa mengatasi daya beli masyarakat terhadap harga bahan pokok kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
“Selain itu, kenaikan harga energi tersebut, akan turut menekan produktivitas pabrik atau perusahaan, sehingga dikhawatirkan akan berujung pada efisiensi dengan melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja),” tambahnya. (***)