PLUZ.ID, MAKASSAR – Darma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Sulsel menganggap pentingnya media sosial saat ini, sehingga pihaknya melakukan sosialisasi ‘Bijak Bermedia Sosial’ di depan para pengurus DWP Provinsi Sulsel di Kantor Gubernur Sulsel, Kamis (8/5/2024).
Ketua DWP Provinsi Sulsel, Andi Hanna Arsyad, dalam pertemuan silaturahmi dengan pengurus dan anggota DWP Sulsel mengatakan, silaturahmi antar DWP selalu harus memberikan manfaat bagi para anggota dan pengurus.
“Kali ini kita melakukan sosialisasi bagaimana bermedia sosial yang baik dan benar. Wajib kita terapkan di era saat ini. Dan sekaligus untuk generasi kita yang akan datang,” ujar Andi Hanna Arsyad.
Pertemuan dan silaturahmi DWP ini, difasilitasi DWP Unit Diskominfo-SP Sulsel. Hadir sebagai tuan rumah adalah Ketua DWP Unit Diskominfo Sulsel, Andi Hikmawati Winarno.
Usai silaturahmi, acara selanjutnya adalah materi bermedia sosial yang bijak. Materi ini dibawakan Sultan Rakib, praktisi media sosial dan sekaligus Sekretaris Diskominfo-SP Sulsel.
Dalam materinya Sultan menyebutkan, era transformasi digital yang ditandai dengan maraknya sosial media yang digandrungi lintas generasi berdampak buruk pada sisi tertentu.
Menurutnya, penyebaran hoaks yang sulit dibendung, karena literasi digital dan wawasan masyarakat Indonesia masih minim.
Oleh karena itu, literasi digital berupa pemahaman kepada masyarakat tentang bijak bermedia sosial adalah sebuah keniscayaan yang harus terus dilakukan berbagai pihak.
“Ini bukan saja tanggung jawab pemerintah semata, ini tanggung jawab semua pihak. Bermedia sosial penting, tapi jauh lebih penting mengedepankan etika dan budaya. Bijaklah dalam bermedia sosial, jangan biarkan jempol kita mengalahkan pikiran kita,” ujarnya.
Sultan mengatakan, saat ini, media sosial telah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Dan itu pasti memiliki dampak positif dan dampak negatif. Penyebaran hoaks atau berita bohong paling banyak melalui media sosial.
Data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan, 2024 ini penyebaran berita hoaks sebesar 11,12 persen itu melalui media mainstream atau media online, 29,12 persen itu melalui media chat.
“Yang paling banyak adalah melalui media sosial sebesar 59,75 persen. Inilah yang menjadi kekhawatiran kita semua. Ibu-ibu wajib mewaspadai ini,” katanya.
Prinsip 3S, saring sebelum sharing menjadi hal terpenting dalam mencegah peredaran hoaks di tengah masyarakat. Literasi digital di sekolah-sekolah, kelompok masyarakat, dan lain sebagainya wajib terus ditingkatkan. (***)