search
  • facebook
  • twitter
  • instagram

Menag Ajak Jadikan Peringatan Isra Mikraj Persiapan Sambut Ramadan

doelbeckz - Pluz.id Jumat, 31 Januari 2025 20:00
Nasaruddin Umar. foto: istimewa
Nasaruddin Umar. foto: istimewa

PLUZ.ID, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) menggelar peringatan Isra Mikraj tingkat kenegaraan di Kantor Kementerian Agama, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Hadir, beberapa Menteri Kabinet Merah Putih, sejumlah Duta Besar, serta jajaran pejabat dan Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama RI.

Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar, mengajak umat Islam untuk menjadikan peringatan Isra Mikraj sebagai persiapan menyambut Ramadan. Menurutnya, Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW membawa pesan tentang perintah salat. Peristiwa Isra Mikraj penting dijadikan sebagai pangkalan pendaratan untuk menjemput Ramadan.

“Mari memaknai Isra Mikraj sebagai momentum agar kita bisa lebih dekat dan senantiasa bersyukur atas nikmat Allah SWT. Terlebih sebentar lagi umat muslim akan memasuki Bulan Suci Ramadan,” kata Nasaruddin Umar di Jakarta, Kamis (30/1/2025).

Imam Besar Masjid Istiqlal ini, berharap, peristiwa Isra Mikraj makin meningkatkan keimanan umat Islam dan menguatkan kedekatan mereka terhadap ajaran agamanya.

“Kami meyakini, semakin dekat umat itu kepada ajaran agamanya, maka semakin berkualitas bangsa dan anak manusianya. Dan semakin berjarak antara umat dengan ajarannya, maka di situ patologi sosial akan bermunculan. Mudah-mudahan Isra Mikraj ini akan lebih melengketkan ajaran agama dengan para pemeluknya,” harap Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Sulsel ini.

Ilham Akbar Habibie, yang berkesempatan memberikan tausyiyah memaparkan secercah pelajaran dan pembuktian kekuasaan Allah SWT pada peristiwa Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW yang terimplementasikan pada konsep relasi antara keimanan dan pengetahuan, yakni Imtaq dan Iptek.

“Relasi Imtaq dan Iptek menjadi elemen fundamental dalam membangun spiritualitas individu dan peradaban manusia,” kata.

“Relasi Imtaq dan Iptek terimplementasikan dalam perintah peristiwa Isra dan Mikraj. Seperti, ibadah salat lima waktu yang dijalankan setiap hari sebagai estapet aktivitas jasmani dan rohani melahirkan secercah energi Ilahi yang berdampak signifikan terhadap dirinya sendiri, masyarakat, dan peradaban,” sambungnya.

Ilham menyampaikan, pengalaman seseorang dalam menjalankan ibadah salat bersifat unik. Meskipun gerakan dan bacaan salat seragam, pemaknaan setiap individu terhadap ibadah ini berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang, pemahaman, dan tujuan yang dimiliki masing-masing orang.
“Ada yang memandang salat sebagai kewajiban semata untuk menghindari neraka, sementara yang lain melaksanakannya demi membangun citra diri,” katanya.

Ilham berharap, ketika salat dilaksanakan secara baik dan khusu’ tentu memiliki peran penting dalam membangun peradaban sebuah negara di masa akan datang.

“Jika kita ingin menatap optimisme tercapainya Indonesia Emas di tahun 2045, maka lihatlah kualitas shalat generasi muda Indonesia di masa kini. Mari kita semua berbenah diri mempersiapkan generasi mendatang dengan asupan Imtaq dan Iptek,” tegas Ilham Akbar Habibie. (***)

Artikel Terkait



Berita Terkini Lainnya


To top