PLUZ.ID, BANTAENG – Bupati Bantaeng, M Fathul Fauzy Nurdin, siap menjadikan Bantaeng daerah swasembada pangan.
Hal tersebut diketahui saat kepala daerah yang akrab disapa Uji Nurdin ini, memanfaatkan hari liburnya dengan mengungjungi beberapa balai benih yang terbengkalai, Sabtu-Minggu, 8-9 Maret 2025.
Beberapa balai benih dikunjungi, diantaranya Balai Benih Hortikultura
Loka, Kawasan Argowisata Mini Swofarm, Balai Benih Ikan Rappoa, dan Balai Benih Hortikultura Pattalassang.
“Akhir pekan, dua hari ini, kita manfaatkan untuk mengunjungi balai benih kita. Rupanya kondisinya sangat memprihatinkan dan ada juga terbengkalai,” ungkapnya.
Kepala daerah termuda di Sulsel ini, menjelaskan, dirinya siap menjadikan Kabupaten Bantaeng daerah swasembada pangan, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Apalagi, swasembada pangan sejalan dengan program prioritasnya, yakni Petani Bangkit.
“Insya Allah, kita siap menjadi ujung tombak di Sulsel untuk penyediaan benih. Apalag, ini sejalan program yang diprioritaskan Bapak Gubernur (Andi Sudirman Sulaiman) dan Bapak Presiden (Prabowo) soal swasembada pangan,” pungkasnya.
Untuk itu, dirinya meminta dinas terkait untuk segera membuat proposal untuk revitalisasi balai benih Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantaeng.
“Kita juga akan bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin agar kualitas bibit dan tanaman kita memiliki nilai yang tinggi,” tambahnya.
Sementara, Kepala UPT Balai Benih Hortikultura dan Perkebunan Bantaeng, Masyhuri, memberikan apresiasi kepada Bupati Uji Nurdin atas revitalisasi balai benih.
Mengingat, pascapemerintahan mantan Bupati Bantaeg Nurdin Abdullah, balai benih milik Pemkab Bantaeng sudah tidak diperhatikan lagi.
“Alhamdulilah, tentunya kita sangat bersyukur. Karena balai benih peninggalan Prof Nurdin Abdullah ini, memiliki banyak asas manfaat. Baik bagi petani maupun pendapat daerah,” ungkapnya.
Masyhuri mengungkapkan, Greenhouse Balai Benih Loka sudah terbengkalai. Padahal, era Nurdin Abdullah, bibit kentang dan talas Jepang diproduksi, dan dikirim berbagai daerah di Indonesia.
“Setelah Pak Prof, tidak diperhatikan lagi. Dulunya petani kita tidak susah cari bibit, sekarang mereka cari di luar dengan harga tinggi dan jaminan mutunya sudah tidak ada,” ungkapnya.
“Bahkan, dulunya setiap tahunnya kita setor PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari Rp700 juta hingga Rp1 miliar. Sekarang sudah tidak. Tapi kami optimistis era Pak Prof akan kembali. Karena Pak bupati (Uji Nudin) sudah minta proposal untuk perbaikan secepatnya,” jelas Masyhuri. (***)