search
  • facebook
  • twitter
  • instagram

Pemprov Sulbar akan Manfaatkan Ekosistem Mangrove sebagai Habitat Kepiting Bakau

doelbeckz - Pluz.id Minggu, 04 Agustus 2024 10:00
KUNJUNGAN. Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin, bersama pimpinan OPD Pemprov Sulbar berkunjung di lokasi Budidaya Kepiting Payau di Desa Pallime, Kecamatan Cenrana, Bone, Sulsel, Sabtu (3/8/2024). foto: istimewa
KUNJUNGAN. Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin, bersama pimpinan OPD Pemprov Sulbar berkunjung di lokasi Budidaya Kepiting Payau di Desa Pallime, Kecamatan Cenrana, Bone, Sulsel, Sabtu (3/8/2024). foto: istimewa

PLUZ.ID, BONE – Studi Karya Ilmiah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulbar berakhir di Kabupaten Bone, Sulsel, Sabtu (3/8/2024).

Kunjungan tersebut berlangsung di lokasi Budidaya Kepiting Payau di Desa Pallime, Kecamatan Cenrana, Bone.

Ikut bersama Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, yakni Kadis Kelautan dan Perikanan Suyuti Marzuki, serta asisten III Bidang Administrasi Umum Amujib, Kadis Sosial Abdul Wahab.

Di Kecamatam Cendrana setidaknya ada lima desa yang warganya memelihara budidaya kepiting payau. Kebetulan lokasi mereka umumnnya di tepi Sungai Walanae yang melintasi Kabupaten Bone dan Soppeng. Untuk sampai ke lokasi budidaya tersebut, harus menggunakan kapal katinting dengan jarak waktu sekitar 25 menit.

Bahtiar mengatakan, kedatangan mereka di lokasi tersebut, untuk bertemu langsung dengan para warga yang berprofesi sebagai pembudidaya kepiting, dengarkan pengalaman mereka dan penghasilannya.

Bukan apanya, lanjut Bahtiar, daerah yang sedang dipimpinnya memiliki lahan manggrove yang cukup luas.

Bahkan, menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Suyuti Marzuki, jumlah lahan yang ditumbuhi pohon bakau di Sulbar dalam ekosistem mangrove seluas 3.324 hektare terdiri dari 527 hektare di dalam kawasan hutan dan 2.797 hektare di luar kawasan hutan.

Walaupun memiliki lahan yang luas, namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh warga Sulbar. Untuk itulah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemprov Sulbar akan mendorong lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Pentingnya pemanfaatan kawasan Mangrove di Sulbar akan dimanfaatkan nelayan pada musim hujan.

Bahtiar mengatakan, jika pada musim hujan, maka nelayan Sulbar tidak bisa beraktivitas untuk mencari ikan di laut lepas karena faktor cuaca. Sehingga memanfaatkan kawasan mangrove untuk memelihara kepiting bayau adalah solusi yang tepat bagi nelayan.

Sementara, Kepala Dinas Kelautan Sulbar, Suyuti Marzuki, mengatakan, pihaknya telah mendata kawasan manggrove yang akan digunakan untuk melepas kepiting payau yang didapatkan dari kawasan budidaya kepiting payau di Bone.

“Ini saya telah membawa kepiting bakau dari Bone. Lumayan untuk memulai pemanfaatan kawasan mangrove di Sulbar,” ungkapnya.

Suyuti mengatakan, sepulang dari Bone pihaknya akan mendata kawasan yang akan digunakan untuk melepas kepiting payau.

Atas arahan Pj Gubernur Sulbar, kata Suyuti, dalam waktu dekat ini, dirinya akan melepas secara besar besaran kepiting payau di Sulbar.

“Ini dalam jumlah banyak. Supaya dapat dirasakan langsung masyarakat. Ini selalu menjadi perhatian Bapak Pj Gubernur. Insya Allah, melalui pengalaman pengalaman spesifik di sini akan kami kembangkan di Sulawesi Barat, karena secara geografis memiliki kemiripan dengan Sulbar. Panjang pantai 612 Km, senentara sekitar 300 Km adalah kawasan manggrove. Kita akan tebar bibit kepiting bakau. Mudah mudahan program Pj Gubernur ini dapat menjawab ketahanan pangan di Indonesia,” sebut Suyuti.

Seperti diketahui kepiting bakau adalah salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi sebagai penyangga kehidupan masyarakat terutama bagi nelayan skala kecil.

Suyuti menjelaskan, ekosistem mangrove merupakan peran penting sebagai habitat utama bagi kepiting bakau.

Selain dapat mempercepat masa panen kepiting juga dapat berkembang lebih cepat dan banyak.

“Dan di Sulbar adalah surga bagi kepiting bakau,” ucapnya. (***)

Artikel Terkait



Berita Terkini Lainnya


To top