PLUZ.ID, MAKASSAR – Desakan meminta Yasir Machmud legowo mundur sebagai Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Sulsel dan segera melaksanakan Musyawarah Olahraga Provinsi Luar Biasa (Musorprovlub) KONI Sulsel mencuat dan menggema pada dialog akhir tahun bertema ‘Carut Marut Pengelolaan Olahraga di Sulsel’ di Cafe Ombak, Makassar, Senin (26/12/2022).
Pernyataan ini, digaungkan peserta dialog, terutama sejumlah pengurus Cabang Olahraga (Cabor) se-Sulsel.
Sekitar 100-an peserta hadir di acara dialog terbuka yang digelar Forum Cabor Sulsel bersama Forum Wartawan Olahraga.
Alasannya, Yasir Machmud dianggap tidak becus mengelolah KONI Sulsel.
”Yasir Machmud harus tahu diri. Issengi alenu. Kami meminta segera mundur,” tegas Maulana, salah satu pelatih yang juga Technical Delegate (TD) cabang olahraga panahan.
Hal senada ditegaskan Sekretaris Umum (Sekum) Pengurus Provinsi Persatuan tinju Amatir Indonesia (Pengprov Pertina) Sulsel, yang juga salah satu pengurus KONI Sulsel Periode 2022-2026, Sri Syahril.
”Harus mundur. Itu sudah harga mati. Tolong sampaikan pesan kami kepada Ketum (Ketua Umum) KONI Sulsel, saudara Yasir Machmud,” pesan Sri Syahril kepada Chalid Suang, salah satu Wakil Ketua Umum KONI Sulsel, yang hadir sebagai narasumber mewakili Ketua Umum KONI Sulsel.
Tidak hanya Maulana dan Sri Syahril. Seluruh pengurus cabang olahraga yang berlomba-lomba mengambil mike, meminta kepada Chalid Suang, untuk menyampaikan pesan mereka agara Yasir Machmud tidak melanjutkan kepengurusannya di KONI Sulsel.
Hal itu disampaikan di depan forum yang dihadiri anggota Komisi E DPRD Sulsel, Rahman Pina, yang hadir sebagai narasumber.
Pembicara lain dari kalangan akademisi adalah Nukhrawi Nawir, salah satu dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar (FIK UNM).
Sementara, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sulsel, Andi Arwin Azis, memilih cara aman dengan tidak menghadiri undangan panitia dialog. Tidak ada konfirmasi dari yang bersangkutan.
Padahal, menurut Rahman Pina, Kadispora Sulsel harus hadir sebagai perwakilan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel.
”Kita mau meminta pertanggungjawaban Dispora Sulsel kenapa anggarannya hanya Rp5 miliar yang diusulkan. Padahal, kebutuhan cabor untuk menghadapi Pra PON ini, luar biasa. Mana cukup kalau hanya Rp5 miliar,” tegas Rahman Pina yang hadir sebagai pembicara pertama.
Dialog selain dihadiri pengurus olahraga, juga hadir puluhan mahasiswa, wartawan, dan pemerhati olahraga.
Kinerja pengurus KONI Sulsel jadi yang dinilai tidak mampu mengelolah manajemen olahraga.
Isu disharmonisasi dan keretakan pengurus juga diungkapkan pada dialog tersebut. Hal itu dibuktikan dengan mundurnya dua Wakil Ketua KONI Sulsel.
Pengurus Ikatan Motor Indonesia (IMI) Provinsi Sulsel, Chandra Samad, mengatakan, hingga saat ini sejumlah persoalan olahraga di Sulsel belum bisa diselesaikan. Bahkan, cabang olahraga sudah merasa resah dengan Ketua Umum KONI Sulsel.
”Saya kira tidak ada kata lain. Ini sudah harga mati. Ketua Umum KONI Sulsel yang dipilih aklamasi, harus tahu diri. Dia harus mundur. Dia saya anggap tidak bisa mengurus KONI. Kami sepakat segera menggelar musorprovlub. Saya kira itu dibenarkan AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga),” pekik tokoh olahraga senior ini, di depan forum.
Chandra menjelaskan alasannya. Banyak persoalan yang muncul dan belum terselesaikan dengan baik. Termasuk hubungan KONI dengan cabang olahraga saat pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulsel 2022 di Sinjai dan Bulukumba, lalu.
“Bahkan, ini sudah ada dua wakil ketua yang pengurus dari kepengurusan KONI Sulsel. Ini tentu ada alasan yang sangat prinsip. Tidak bisa dianggap sepele. Yang mundur pun bukan orang sembarang. nah, ini ada apa di dalam? Kalau pengurus harmonis, tentu tidak ada yang mundur. Ini berarti ada sesuai yang terjadi di dalam,” tegas Chandra.
Sebelumnya, dua Wakil Ketua Umum KONI Sulsel menyatakan mundur. Yang pertama pada September 2022 lalu Mappinawang, Wakil Ketua Umum V KONI Sulsel. Terbaru, Prof Andi Ihsan, Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM) yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum I KONI Sulsel.
Pengurus FORKI Provinsi Sulsel, Syahrir Siregar, pun menimpali.
Ia mengatakan, memang sudah banyak carut marut pada kepengurusan KONI Sulsel ini. Mulai dari administrasi, penganggaran hingga pendekatan kepada cabor.
“Kami bahkan memberangkatkan atlet ke sejumlah kejurnas sama sekali tidak pernah ada bantuan dari KONI Sulsel. Saya tidak tau kenapa. Padahal kalau bicara prestasi karate Sulsel, jangan ditanya lagi. Di PON Papua, kita sumbang tiga emas. Prestasi internasional, pun kami torehkan. Lalu, kok kami tidak diperhatikan,” keluh Ketua Binpres FORKI Sulsel ini.
Ia juga mengungkapkan, bagaimana para
Technical Delegate (TD) cabang olahraga mengatur anggaran yang sangat minim demi suksesnya penyelenggaraan pertandingan di Porprov XVII 2022 Sinjai dan Bulukumba.
“Kasihan para Technical Delegate di porprov kemarin. Hak-haknya mereka sudah sedikit, dicicil lagi. Malah sampai hari ini belum dibayar semua. Masih banyak masalah yang belum selesai. Jadi strategi ke depan, kalau tidak bisa mengurus mending mundur saja,” timpal Maulana, TD Pengurus Perpani Sulsel.
Ia menegaskan, pelaksanaan Porprov Sulsel lalu, memang berhasil terlaksana, tapi banyak meninggalkan masalah.
Meski demikian, kata Maulana, para Technical Delegate tetap melaksanakan pertandingan agar bisa sukses agar para atlet bisa bertanding dan mengukur diri.
Wakil Ketua Umum KONI Sulsel, Chalik Suang, mengatakan, seluruh rekomendasi dan aspirasi para cabang olahraga yang mencuat di dialog akhir tahun ini pasti akan disampaikan ke pengurus KONI Sulsel.
“Tentu ini banyak masukan dan aspirasi para pengurus cabang olahraga. Saya akan sampaikan kepada seluruh pengurus agar bisa lebih baik ke depannya,” kata Chalik Suang.
Meski demikian, dirinya mengaku, pengurus sudah melakukan yang terbaik, namun masih banyak belum bisa diselesaikan.
“Pengurus ini baru delapan bulan jadi memang masih harus bekerja maksimal,” kilah Chalid Suang.
Mulawarman, salah satu wartawan senior pun menimpali penjelasan Chalid Suang.
”Bayangkan, baru delapan bulan bekerja sudah carut marut begini, bagaimana kalau empat tahun,” tegas Mulawarman. (***)