Poin kedua adalah koneksi dimana AlJohn berkomitmen untuk menjadi jembatan penghubung dari lokal ke tingkat nasional. Dengan memaksimalkan jaringan koneksi di level nasional yang telah dikantongi Albert, tentu akan mempermudah pemerintah kelak dalam menjalin kerjasama di bidang pembangunan.

Poin pembeda terakhir atau ketiga adalah AlJohn mengusung kebijakan yang berfokus pada inklusifitas. Inklusifitas ini berarti kebijakan tersebut akan melibatkan semua kalangan terlepas dari umur, jenis kelamin, golongan ataupun latar belakang lainnya.

“Kita tidak memandang golongan, gender, ataupun umur, semua kita libatkan. Terutama untuk kaum disabilitas dan kaum rentan, seperti perempuan, anak dan lansia. Bagi perempuan dan lansia, dapat dilibatkan dalam industri UMKM kreatif di rumah. Untuk anak-anak, kita menargetkan untuk membangun kabupaten yang ramah anak karena mereka adalah tonggak masa depan Tana Toraja,” jelasnya.

Albert lebih jauh mengatakan, yang juga patut disoroti adalah perhatian terhadap kaum disabilitas. Dimana kaum disabilitas memiliki hak yang sama dengan warga lain sehingga pertimbangan pembangunan infrastruktur di Tana Toraja nantinya perlu memasukkan mereka.

“Inilah bentuk dari tagline yang sering kami gaungkan, membangkitkan Tana Toraja yang maju dan unggul. Itu bukan sekedar tagline, tapi betul-betul visi yang akan kami wujudkan secara nyata,” katanya.

Ketiga poin tersebut memang menjadikan AlJohn berbeda dari pasangan calon lainnya. Ini bisa menjadi pemantik untuk membentuk iklim persaingan politik yang sehat, dimana para pasangan calon seharusnya berlomba-lomba mengampanyekan program dan juga ide-ide kreatif mereka guna meningkatkan elektabilitas di masyarakat. (***)