search
  • facebook
  • twitter
  • instagram

Kisruh Darul Istiqamah, Ketua DMI Serukan Tak Saling Serang di Medsos

doelbeckz - Pluz.id Selasa, 21 September 2021 20:00
Munawir Kamaluddin. foto: istimewa
Munawir Kamaluddin. foto: istimewa

PLUZ.ID, MAKASSAR – Cendekiawan muslim, DR Munawir Kamaluddin, mendorong penyelesaian konflik internal di Pesantren Darul Istiqamah, Maccopa, Maros.

Ketua Divisi Hukum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini, mengusulkan 15 poin solusi. Salah satunya adalah penghentian penggunaan Media Sosial (Medsos) sebagai alat untuk saling serang.

Menurutnya, Konten-konten di medsos, baik berupa teks maupun gambar dan video yang mengumbar aib keluarga besar pesantren hanya memperparah keadaan.

“Hentikan itu. Ini masalah internal yang seharusnya selesai di internal, secara dami dan penuh kasih sayang. Jalan keluarnya adalah urung rembuk. Musyawarah untuk mencari titik temu,” tegasnya, Selasa (21/9/2021).

Munawir yang juga Wakil Ketua DPP BKPRMI ini, juga mengaku, sedih karena sudah terjadi konfrontasi fisik dan tindakan premanisme di Darul Istiqamah.

“Saya sebagai cucu pertama KH Marzuki Hasan (pendiri Darul Istiqamah) yang lahir di pesantren, meminta semua pihak menjaga nama baik dan keberlangsungan lembaga pendidikan dan dakwah ini,” serunya.

Munawir menyebut, tidak ada satu pihak pun yang diuntungkan dalam konflik itu. Sebaliknya, malah ada yang menjadi korban. Dia mencontohkan pembina pada yayasan Darul Istiqamah, Muzayyin Arif, yang terus disudutkan.

Munawir menilai, Muzayyin yang juga Wakil Ketua DPRD Sulsel dizalimi dengan berembusnya isu-isu negatif.

“Kasihan dia. Selain dituduh komersialisasi dan sebagainya, dia juga terus coba dibenturkan dengan pembina utama Darul Istiqamah, KH Arif Marzuki, yang juga ayahnya. Saya tahu betul bahwa konflik di sana hanya melibatkan saudara dengan saudara, bukan dengan orang tua,” ucapnya.

Munawir juga merasa sudah waktunya bersuara. Sebab, konflik internal sudah begitu liar dan bahkan telah menjadi konsumsi publik. Padahal, idealnya perseteruan yang melibatkan beberapa anak Ustaz Arif, diselesaikan di dalam rumah layaknya sebuah keluarga, bukan di media sosial.

“Ini bukan konflik antara ayah dan anak. Kebetulan om saya, Ustaz Arif, kini condong ke salah satu kubu namun saya yakin itu karena beliau mendapat tekanan dan diproteksi dari kubu satunya lagi. Mestinya Ustaz Arif berdiri di tengah, agar masalah ini bisa diselesaikan,” imbuhnya.

Munawir menekankan kepada pihak pesantren untuk segera melakukan rekonsiliasi internal. Sebab bila berlarut-larut, tidak ada satu pun pihak yang diuntungkan.

Munawir juga menilai, berbagai tudingan terhadap Muzayyin semisal anak durhaka, melakukan komersialisasi serta monopoli, pembunuhan karakter dan modus mempertahankan manajemen pesantren yang tidak sehat, sangat tak berdasar.

“Saya kira kita harus melakukan redefenisi soal kata durhaka itu. Mencegah orang tua untuk tidak melakukan kesalahan apalagi kezaliman, lebih-lebih menyangkut orang banyak justru itulah pengabdian sejati,” katanya.

“Soal Muzayyin melakukan komersialisasi dan semacamnya, tunjukkan ke saya apa yang pernah Muzayyin pernah jual di pesantren. Yang dia lakukan justru merapikan aset pesantren, serta beberapa langkah ekonomi yang tujuannya untuk kemandirian pesantren. Sudah bukan eranya pesantren hanya meminta-minta sumbangan,” tambanya.

Munawir menduga salah satu yang membuat tudingan terus diarahkan ke Muzayin lantaran melejitnya kariernya sebagai tokoh publik.

“Sinar terang Muzayyin harusnya disyukuri dan jadi kebanggaan keluarga besar Darul Istiqamah. Jangan malah dianggap ancaman karena terbukti dia malah jadi hero yang memperbaiki sistem di Darul Istiqamah,” jelasnya.

Akademisi yang dosen tetap pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar ini, pun menyayangkan karena keriuhan yang terjadi ujungnya membuat proses transformasi pesantren terhenti.

“Padahal, konsep transformasi untuk membawa pesantren lebih baik, profesional, dan mandiri itu sudah bagus. Kalau kembali ke pola lama, Darul Istiqamah tidak akan maju-maju,” ucapnya.

Makanya Munawir berharap konflik di Darul Istiqamah segera berakhir. Dia mengajak sepupu-sepupunya, anak-anak KH Arif Marzuki, untuk kembali bersatu dan berkasih sayang. Darul Istiqamah menurut Munawir sudah waktunya dikelola secara profesional.

“Langkah Muzayyin merapikan manajemen, memastikan aset pesantren sebagai aset lembaga adalah langkah preventif untuk menghindari konflik yang jauh lebih besar di masa depan. Darul Istiqamah harus jadi milik umat, bukan milik orang per orang, bukan milik keluarga,” ucapnya.

Jika konflik bisa diakhiri, Munawir yakin proses transformasi Darul Istiqamah menjadi lembaga yang maju dan mandiri, bisa berjalan lebih cepat. (***)

Artikel Terkait



Berita Terkini Lainnya


To top